Notification

×

Iklan

Iklan

Bisnis PCR lord Luhut, Mengingatkan Saya dengan Bisnis Panitia Ospek Kampus

Minggu, November 07, 2021 | November 07, 2021 WIB Last Updated 2021-11-07T12:00:16Z

 

Karikatur Robith Fahmi

Lord Luhut Binsar Panjaitan ini memang keren juga beken daripada menteri Pak Jokowi lainnya. Sejak Lord Luhut sangat-sangat dipercaya presiden, hingga menjabat beberapa posisi sekaligus, sejak saat itu saya menjadi fans beratnya. Bisa dikatakan, saya adalah fans radikal yang selalu update sepak terjang belio.


Sebelum bisnis PCR mencuat, Lord Luhut disebut oleh Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti terkoneksi dengan tambang emas di Papua. Meski Lord Luhut menyangkalnya hingga melaporkan kedua aktivis itu, namun bagi saya jiwa bisnis seorang Lord Luhut patut dijadikan contoh. Seharusnya, Setya Novanto dulunya berguru kepada Lord Luhut bila ingin bermain tambang di Papua.

Dikala sedang termenung, saking ngefansnya dengan Lord Luhut. Saya pernah melamun menjalin kerjasama bisnis dengan belio, tentunya di sektor tambang, kami menjadi penguasa di Intan Jaya. Dan, menguasai Tumpang Pitu Banyuwangi hingga bisa melebarkannya sampai ke Blok Silo Jember. Sayangnya, itu hanya lamunan belaka, saya mah apa atuh, seorang petani pepaya yang tiap pagi pegang celurit dan cangkul ke kebun, tidak tau soal pertambangan.

Namun, untuk bisnis PCR yang disebut-sebut Lor Luhut untung miliran rupiah bersama Erick Tohir. Entah kenapa, saya teringat dengan bisnis kakak-kakak panitia Ospek Kampus. Jadi begini, kalau kalian-kalian pernah menjadi Maba, kakak panitia Ospek akan mewajibkan peserta Ospek menggunakan atribut konyol, mulai tas kresek, sepatu pantopel, baju harus putih, harus beli permen kiss yang bertuliskan 'I Love You' hingga harus pakai topi dari kertas dan saabrek aturan lainnya.

Semua perlengkapan Ospek itu, harus beli ke panitia Ospek yang sudah menyediakan sejak awal. Harganya pun agak mahal dan bila tidak menggunakan atribut yang sudah diwajibkan, kakak panitia Ospek punya Disiplin Mahasiswa (Disma), panitia berwajah garang yang jarang sikat gigi, sekali marah mulutnya didekatkan ke wajah, baunya bikin muntah. Disma ini sengaja dipasang untuk menakut nakutin peserta, makanya syarat menjadi Disma harus berwajah garang, kulit item pekat dan minimal mandi seminggu sekali. Walhasil, peserta Maba akan ketakutan dan secara terpaksa membeli atribut Ospek.

Saya yakin, tiap kali Ospek, kakak-kakak panitia Ospek untungnya gede. Bayangin, bila peserta Maba 10.000, semisal dari topi kertas saja mengambil untung Rp. 2000 saja. Maka untungnya sudah Rp. 20.000.000, itu baru dari satu item, biasanya paling tinggi mengambil untung dari buku.

Modusnya peserta Maba diwajibkan beli buku yang sudah disediakan kakak panitia Ospek, kemudian disuruh rangkum--sekedar formalitas. Padahal, intinya mengambil keuntungan dari penjualan buku, yang mana tiap satu buku mengambil keuntungan sampai Rp. 20.000, dikalikan 10.000 Maba maka untungnya Rp. 200.000.000.

Kembali kepada Lord Luhut, meski belio dikaitkan dengan bisnis PCR. Tapi, kata belio sebagaimana pemberitaan di Kompas 6 November 2021, Lord Luhut menggunakan keuntungan bisnis PCR untuk masyarakat tidak mampu. Sementara, kenapa Lord Luhut mewajibkan pemakaian tes RT-PCR untuk semua moda transportasi saat evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sebab tingginya mobilitas yang terjadi di wilayah Jawa dan Bali saat PPKM mulai direlaksasi.

So... Lord Luhut memang keyennn...
Dulu, orang tua rata-rata mengatakan kepada anak-anaknya, kalau sudah besar jadi seperti Bj Habibie. Tapi, saya yakin, ke depan para orang tua akan menginginkan anak-anaknya menjadi seperti Lord Luhut--sukses segala bidang.

Penulis: Robith Fahmi
Jurnalis dan Petani Milenial
×
Berita Terbaru Update