Notification

×

Iklan

Iklan

Rembuk Stunting

Kamis, Juli 27, 2023 | Juli 27, 2023 WIB Last Updated 2023-07-27T07:41:43Z

 



Beberapa waktu lalu, viral pidato Presiden Jokowi soal stunting, yang mana dari anggaran 11 Miliar hanya 2 Miliar untuk penanganan stunting, sementara yang 10 miliar habis di perjalanan dinas dan rapat di hotel. Menurut Agus Mulyadi, seorang penulis dan juga redaktur Mojok.co kebiasaan orang Indonesia itu adalah kumpul-kumpul. Jadi, wajar bila kemudian banyak anggaran habis hanya untuk kumpul rapat sebab menyelesaikan persoalan dengan rapat. Bila belum selesai juga, ya rapat lagi, kira-kira demikian yang disampaikannya di chanel youtube Mojok.


Bukan hanya Agus Mulyadi, jauh sebelum dia, group band Slank sudah mengeluarkan lagu yang salah satu nada di liriknya 'Makan Gak Makan yang penting Kumpul'. Meski kumpul menjadi kebiasaan, bukan berarti kumpul untuk menghabiskan anggaran negara dapat dibenarkan, kendati sah secara administrasi dan tidak ada larangan, itu sangat melukai hati rakyat, bayangkan bagaimana mereka kalangan bawah yang untuk makan saja kesulitan dan harus mengumpulkan uang untuk membayar pajak. Tapi, ujung-ujungnya hanya dibuat makan segerombolan pejabat tidak bermoral.

Kebiasaan kumpul menghabiskan anggaran sudah seharusnya dihapuskan, rapat cukup sekali tapi tuntas dibahas semuanya. Sebagaimana Rembuk Stunting di desa, dalam satu tahun hanya butuh 1 kali rembuk stunting yang melibatkan banyak pihak, mulai KPM, Bidan Desa, RT dan RW, Kepala Desa beserta perangkatnya dan juga BPD. Isinya, selain evaluasi penanganan stunting selama satu tahun, juga membahas usulan penuntasan stunting ke depan.

Di Desa Paleran, agenda Rembuk Stuntingnya bisa dinilai paling ideal sebab Bidan Desanya sudah menginventarisir semua kebutuhannya dalam penuntasan stunting di tahun berikutnya. Rembuk Stunting sendiri gunanya untuk menerima segala macam usulan sebagai dasar penganggaran Pemerintas Desa di APBDes yang nantinya dananya bersumber dari Dana Desa. Makanya, di Desa Paleran ini angka stuntingnya terbilang rendah dibandingkan desa lainnya, dengan luas wilayah dan jumlah warga paling banyak dibanding desa lain, stunting di Desa Paleran hanya 53 anak sementara di desa lainnya ada yang hampir di angka 100 anak.

Rembuk Stunting di Desa Tegalwangi dan Gunungsari, berbeda dengan Paleran, hanya berisi sambutan dan diskusi yang tidak jelas kesimpulannya, tidak ada evaluasi kinerja dan apa saja yang sudah dilakukan untuk penanganan stunting selama ini. Bahkan, inti rembuk stunting berupa usulan penganggaran yang dituangkan dalam notulensi untuk lampiran Berita Acara tidak ada. Tiba-tiba selesai dan tidak jelas hasilnya bagaimana, ketidak jelasan seperti ini yang menjadikan rapat rapat berikutnya akan digelar sebab belum tuntasnya pembahasan.

Apakah para pejabat di atas sana juga demikian, Wallahua'lam...

Penulis: Robith Fahmi
Petani Pepaya
×
Berita Terbaru Update