Notification

×

Iklan

Iklan

Aktivis Pulang Kampung

Minggu, Juli 30, 2023 | Juli 30, 2023 WIB Last Updated 2023-07-30T09:55:43Z

 

Saat ngopi di Taman Bunga bersama Abdus Syukur

Dulu, saat masih aktif di dunia jurnalistik, ada seorang teman wartawan yang masih kuliah. Namanya Abdus Syukur, Ia aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), diantara teman-teman wartawan, Ia paling muda  namun untuk rekan sekampusnya mungkin Syukur paling tua sebab kuliahnya agak terlambat, sudah udzur dan mendekati Drop Out (DO). Biasanya, aktivis mahasiswa selalu menjadi inisiator dan aktiv berkegiatan serta jiwa idealisnya kuat tapi satu ini tidak, bangunnya siang, mau melakukan liputan dengan catatan selain dapat berita juga dapat uang ganti bensin.


Akhirnya, berita-berita yang ditulisnya tidak jauh berbeda dengan berita yang ditulis Humas instansi yang diliput. Tidak pernah ada berita yang mengubah apapun dari hasil tulisannya selain hanya untuk informasi belaka, andaikan beritanya lewat di branda media sosial, cukup dilewati karena tidak jauh berbeda dengan iklan lewat. Entahlah, bagaimana Ia berproses di organisasinya, apakah hanya tidur saja atau tidak mengikuti kegiatan organisasi.

Aktivis kampus, biasanya didoktrin untuk mengikuti jejak aktivis pergerakan masa lampau yang disiplin hidupnya dan tulisannya bernas. Katakanlah Bung Hatta, saat masih belajar, kesehariannya dihabiskan dengan baca buku dan menulis untuk diterbitkan ke media massa, hasilnya untuk menyambung hidup, hanya kegiatan organisasi yang bisa menghentikan aktivitas membaca dan menulisnya. Tapi tiap orang memang berbeda-beda, ada yang hobynya tidur, ada yang berorganisasi sekedar agar terlihat keren.
Setelah wisuda, Abdus Syukur berhenti di dunia wartawan, Ia pulang kampung dan mempersunting kembang desanya--anaknya Pak Kampung. Katanya, dirinya bingung awal-awal menikah untuk menghidupi keluarganya, karena desakan ekonomi, Ia meletakkan gelar sarjananya dan pergi mencari rumput untuk makan sapi berpanas-panasan di ladang. Hidup serba pas pasan dengan kebutuhan hidup tinggi membuat emas maharnya saat nikah dijual buat menutupi kebutuhan hidup.

Beruntungnya, di pemilu ini Syukur terpilih sebagai Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Dengan demikian, Ia bisa kembali menutupi minusnya keuangan keluarga sebelumnya. Katanya tinggal membelikan handphone untuk istri tercintanya dan memikirkan bagaimana nasibnya ke depan selepas kontraknya selesai menjadi PPK. Berwirausaha atau kembali ke ladang mencari rumput untuk sapinya.

Sikap idealis saat menjadi mahasiswa itu harus, jadi kiri itu harus sebab ketika sudah menghadapi dunia nyata, desakan ekonomi dan sulitnya mencari rupiah, jangan idealisme, emas untuk mahar istri pun tergadaikan.

Penulis: Robith Fahmi
Petani Pepaya
×
Berita Terbaru Update