Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dinamika Bahasa Gaul Mahasiswa FISIP UB, Antara Gaya, Identitas dan Dunia Akademik

Jumat, November 21, 2025 | November 21, 2025 WIB Last Updated 2025-11-21T08:31:13Z

 


“Gila, tadi presentasi kelompoknya si Nadya keren banget sih, vibesnya dapet banget.” ujar salah satu mahasiswa FISIP di tengah obrolan santai sambil menunggu lift terbuka. Percakapan seperti ini sudah sering sekali kita dengar dalam komunikasi sehari - hari.


Fenomena penggunaan bahasa gaul menunjukkan adanya perubahan dalam berbahasa yang terjadi dengan sangat cepat dan signifikan. Kini, bahasa gaul seolah menjadi jembatan sosial, sebuah “Kode khusus” yang membuat mahasiswa merasa lebih dekat dan membangun pertemanan dengan sesamanya.

Pengaruh media sosial, film, musik, serta budaya digital lainnya menjadikan bahasa gaul berkembang begitu cepat. Dalam hal ini, bahasa gaul menjadi sebuah cara bagi generasi muda untuk menegaskan eksistensinya dalam lingkungan sosial. Sebagai mahasiswa, tak bisa dipungkiri bahwa komunikasi merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan kampus.

Di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya sendiri, fenomena ini tampak jelas terjadi, menunjukkan dinamika mahasiswa yang terbuka dan adaptif terhadap perkembangan bahasa. Namun, di balik keunikannya, fenomena ini juga menyimpan pertanyaan besar. Bahasa Gaul : hanya gaya sesaat atau justru menjadi identitas?

Bahasa merupakan alat komunikasi yang tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga mencerminkan cara berpikir serta identitas sosial penggunanya. Di lingkungan FISIP, interaksi antar mahasiswa berlangsung sangat dinamis. Situasi ini membuat bahasa gaul menjadi bagian penting dalam komunikasi sehari-hari.

Ungkapan seperti gaskeun atau bestie muncul hampir disetiap percakapan mahasiswa. Bahasa gaul membantu menciptakan suasana yang santai dan akrab dalam berbagai aktivitas kampus. Ketika mahasiswa menggunakan istilah-istilah tersebut, jarak sosial menjadi lebih tipis.

Percakapan terasa lebih cair dan tidak terikat oleh formalitas akademik. Hal ini membuat interaksi menjadi lebih nyaman bagi banyak mahasiswa. Selain itu, bahasa gaul berfungsi sebagai simbol kedekatan sosial antarmahasiswa. Dalam interaksi informal, bahasa ini mampu menghapus batasan hierarki yang kadang muncul dalam lingkungan akademik.

Mahasiswa merasa lebih bebas mengekspresikan diri tanpa tekanan.
Dengan demikian, bahasa gaul mempererat relasi antarindividu di FISIP. Bahasa gaul juga mencerminkan identitas dan karakter mahasiswa FISIP. Setiap kelompok atau jurusan memiliki istilah khas yang menunjukkan jati diri mereka. Mahasiswa Ilmu Komunikasi, misalnya, sering menggunakan istilah seperti public speaking vibes. Sementara itu, mahasiswa Sosiologi menghubungkan bahasa gaul dengan teori tertentu seperti “Relate banget sama Goffman.”

Penggunaan istilah khas tersebut menunjukkan bahwa bahasa gaul bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menunjukkan identitas akademik. Mahasiswa dapat menegaskan keunikan kelompoknya melalui pilihan kata yang digunakan. Hal ini membuat bahasa menjadi bagian dari ekspresi diri. Identitas sosial pun terbentuk melalui kebiasaan berbahasa.

Fenomena ini tidak terlepas dari budaya santai dan terbuka yang berkembang di FISIP. Budaya inklusif tersebut membuat bahasa gaul menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan mahasiswa FISIP. Penggunaan bahasa gaul tidak hanya berkaitan dengan tren anak muda, tetapi juga membuat suasana kampus menjadi lebih hidup dan komunikatif.

Hal ini menunjukkan eratnya hubungan antara bahasa dan dinamika sosial mahasiswa. Antara Bahasa Gaul dan Dunia Akademik. Menariknya, bahasa gaul tidak lahir dari niat ingin merusak bahasa baku. Ia tumbuh dari kebutuhan untuk merasa dekat dan setara. Mahasiswa berbicara santai bukan karena tidak tahu etika, tapi karena ingin membangun suasana komunikasi yang akrab. Dengan bahasa yang ringan, jarak sosial bisa menipis (Hutagalung et al., 2024).

Bahasa gaul jadi semacam kode tak tertulis yang menandakan: “Kita sebaya, kita satu frekuensi.” Jadi, jika ada mahasiswa baru dari luar daerah misalnya dari Madura atau luar Pulau Jawa yang awalnya kikuk dengan gaya bicara ini, lama-lama mereka pun ikut terbawa arus. Dari yang tadinya canggung, pelan-pelan ikut tersenyum sambil bilang, “Iya, gua juga ngerasa gitu.”

Namun, di balik keluwesan itu, mahasiswa FISIP ternyata cukup piawai membaca situasi. Mereka tahu kapan harus berbicara dengan gaya santai, dan kapan harus menegakkan bahasa formal. Saat presentasi di depan dosen, mereka bisa berubah 180 derajat: rapi, sistematis, dan baku. Tapi, begitu jam kuliah usai, gaya bahasanya kembali mencair. Pola ini menunjukkan kemampuan adaptasi linguistik yang luar biasa. Tinggal konteksnya saja yang menentukan Sayangnya, kebiasaan ini kadang “Kebablasan.”

Tak sedikit mahasiswa yang secara tak
sadar menyeret bahasa gaul ke dalam tugas kuliah atau presentasi ilmiah. Kalimat seperti “Jadi guys, kita bisa simpulkan…” sesekali muncul di ruang akademik. Lucu, tapi sekaligus jadi pengingat bahwa batas antara formal dan informal kini makin kabur. Kini, muncul pertanyaan baru. Apakah itu berarti bahasa gaul harus dilarang di dunia akademik? Tentu tidak. Bahasa gaul bukan musuh, ia hanya perlu dikendalikan. Namun, perlu diingat bahwa mahasiswa harus bisa menempatkannya secara proporsional.

Bahasa gaul pada akhirnya bukan sekadar soal kata, tetapi soal identitas. Melalui bahasa gaul, kita bisa melihat
bagaimana mahasiswa membentuk jati dirinya sebagai generasi dinamis.
Selama mahasiswa tahu kapan harus berkata “Gua” dan kapan harus berkata “Saya”, dunia akademik akan tetap aman. Lagi pula, tidak ada salahnya jadi modern tanpa melupakan tata bahasa yang baik. Karena menjadi intelektual di zaman sekarang bukan berarti harus kaku, melainkan cukup tahu kapan harus santai dan kapan harus serius.

Oleh: Kunti Taqiyya F.M., Izza Malika Y.D., Najwa Arifatur R., Ammar Tsaqiif E.F, M. Rama Danish B.
Mahasiswa Psikologi, Universitas Brawijaya
×
Berita Terbaru Update