Notification

×

Iklan

Iklan

Penantang Hendy, Komit Anti Tambang dan Nepotisme

Selasa, Januari 16, 2024 | Januari 16, 2024 WIB Last Updated 2024-01-16T01:04:17Z

 


JEMBER – Beragam persoalan masih membayangi masyarakat yang tinggal di kawasan perdesaan Jember. Mulai dari kemiskinan, stunting, tingginya angka kematian ibu dan bayi (AKI-AKB), hingga ancaman perusakan lingkungan akibat tambang. Berbagai problem ini sebenarnya bisa teratasi jika pucuk pimpinan di daerah memiliki komitmen kuat untuk menuntaskannya.


Demikian disampaikan Nanang Handono Prasetyo, mantan Direktur Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat menghadiri agenda “Ngopi Bareng” bersama puluhan jurnalis yang tergabung dalam Forum Wartawan Lintas Media (FWLM) Jember.

Acara itu berlangsung di sekretariat FWLM Jember di kompleks Pujasera Tamara Jalan PB Soedirman, Kecamatan Patrang, Senin 15/01/2024). “Masalah di daerah itu sebenarnya banyak terjadi di wilayah desa. Mulai dari pendapatan yang kurang (kemiskinan, Red), hingga masalah lain seperti stunting. Makanya, saya mengusung jargon ‘Membangun Desa ke Kota’. Ini sebagai komitmen dalam membangun kabupaten yang dimulai dari desa,” katanya.

Haji Nanang yang digadang-gadang sebagai Bakal Calon Bupati (Bacabup) Jember ini menilai, Jember memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Misalnya pertanian dan perkebunan. Jika potensi dua sektor ini dapat dimaksimalkan, suami Christiana Widjajanti tersebut meyakini, problem yang membelit wilayah perdesaan di Jember bisa terkurangi. Contohnya masalah kemiskinan dan stunting.

“Di sektor perkebunan, ada potensi kopi dan kakao. Dua komoditas ini belum tergarap maksimal. Bahkan, kakao sekarang nyaris tidak ada karena berganti dengan tanaman perkebunan lain. Padahal, dulu kakao Jember sempat menjadi komoditas ekspor,” ungkapnya.

Selain soal kemiskinan dan stunting, pria yang semasa kecilnya tinggal di Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember ini, juga merespons pertanyaan jurnalis yang menyoroti adanya praktik nepotisme. Kabar yang beredar, ada kerabat pucuk pimpinan di Jember yang terlibat dalam proyek hingga menduduki posisi tertentu di pemerintahan. Soal isu ini, Haji Nanang memastikan, dirinya antinepotisme.

“Saya ini dua bersaudara. Adik saya sudah meninggal dan tidak punya anak. Sedangkan anak saya cuma dua. Satu menjadi dokter di rumah sakit di Gresik dan satunya bekerja di perbankan. Menantu saya juga bekerja sebagai diplomat muda di luar negeri. Jadi saya pastikan, mereka tidak akan terlibat,” ujarnya.

Termasuk dari pihak istri, Haji Nanang menuturkan, mereka tidak ada yang tinggal di Jember. Semuanya hidup dan menetap di tiga kabupaten berbeda. Meskipun sang istri kelahiran Jember dan keluarganya pernah tinggal di Kotta Blater, Kecamatan Tempurejo. Artinya, potensi keluarga istri cawe-cawe dalam pemerintahan dan terlibat dalam proyek di Jember, nyaris tidak ada.

“Sebelumnya, saya ini bekerja di Kementerian PUPR yang menangani proyek hingga ratusan miliar rupiah. Jika saya mau melakukan nepotisme, sudah sejak dulu. Tapi silakan dicek, tidak ada satupun keluarga saya maupun keluarga istri yang meminta jatah atau terlibat dalam proyek tersebut,” ucapnya.

Nanang yang pernah terlibat dalam pembangunan sisi jembatan Kali Jompo pascarobohnya ruko pada awal Maret 2020 lalu ini, kembali memastikan, jika dirinya dapat maju dan terpilih menjadi Bupati Jember, maka praktik nepotisme itu tidak akan terjadi.

Sementara itu, Ketua FWLM Jember Ihya Ulumiddin, mengapresiasi kehadiran Haji Nanang bersama sang istri di forum “Ngopi Bareng” tersebut. Dia mengungkapkan, agenda yang rutin digelar itu memang menjadi ruang bagi insan pers dan tokoh masyarakat dalam menyampaikan pandangannya terkait Jember dan dinamika yang menyertainya.

“Sebelum ini, kami juga menggelar acara serupa dengan menghadirkan tokoh petani dan tokoh penggerak masyarakat sipil lainnya. Setelah ngobrol santai, kami lanjutkan dengan acara podcast yang disiarkan melalui kanal FWLM di YouTube,” paparnya.

Menurutnya, FWLM Jember terbuka bagi siapa saja yang ingin berdiskusi dengan insan pers anggota FWLM. Baik membahas masalah yang spesifik maupun masalah umum tentang Jember. “Melalui forum semacam ini, kami ingin berkontribusi untuk pembangunan Jember. Selain menjalankan tugas jurnalistik kami sebagai alat kontrol pemerintahan,” pungkasnya. (*)
×
Berita Terbaru Update